بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Pendidikan Agama Untuk Anak

Assalamu alaikum..
Sahabat mungkin sahabat pernah membaca atau mendengar firman Allah swt.berikut ini :
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Sampai pada firman-Nya:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ اصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat, suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 13-17) Hingga dua ayat setelahnya.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud no. 495)
Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata:
أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِخْ كِخْ لِيَطْرَحَهَا ثُمَّ قَالَ أَمَا شَعَرْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ
“Suatu hari Al-Hasan bin Ali radhiallahu ‘anhuma mengambil kurma dari kurma-kurma shadaqah lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hei, hei,” agar dia membuangnya dari mulutnya. Kemudian Beliau bersabda: “Tidakkah kamu mengetahui bahwa kita (ahlul bait) tidak boleh memakan zakat.” (HR. Al-Bukhari no. 1491 dan Muslim no. 1069)
Umar bin Abu Salamah berkata: “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku kesana kemari di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anak kecil, bacalah ‘bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” (HR. Al-Bukhari: 9/521 dan Muslim no. 2022)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dia berkata: Aku pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari, lalu beliau bersabda:
يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
“Hai nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau akan menemui-Nya berada di hadapanmu. Bila kau meminta maka mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya seandainya seluruh manusia bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat apa pun kepadamu selain yang telah ditakdirkan Allah untukmu. Dan seandainya mereka bersatu untuk membahayakanmu, niscaya mereka tidak akan membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan Allah atasmu. Pena-pena (penulis takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (tempat menulis takdir) telah kering.” (HR. At-Tirmizi no. 2516)
Maksudnya: Takdir tidak akan bisa lagi berubah.
Penjelasan ringkas:
Di antara perkara yang dilalaikan oleh banyak orang tua adalah perkara yang berkenaan dengan pengajaran agama kepada anak-anak mereka, memberikan tuntunan kepada mereka, serta mengingatkan mereka ketika mereka melakukan kesalahan. Hal itu karena mereka berfikiran bahwa anak-anak itu bukanlah mukallaf (belum wajib mengerjakan syariat), karena itu tidak mengapa mereka meninggalkan perintah atau mengerjakan larangan, selama mereka belum balig.
Pikiran seperti ini -walaupun benar dari satu sisi- akan tetapi merupakan kesalahan dan kelalaian dari sisi yang lain. Hal itu karena membiasakan serta melatih anak-anak untuk mengerjakan apa yang diperintahkan atau menjauhi apa yang dilarang, merupakan termasuk wasilah terbesar guna mempersiapkan mereka agar bisa mematuhi aturan-aturan syariat setelah nanti mereka balig. Jika mereka tidak dibiasakan sejak usia tamyiz (mumayyiz) maka ketika mereka balig, mereka tentu akan kesulitan dan merasa berat untuk mematuhi aturan-aturan syariat yang secara umum sifatnya mengatur kehidupannya, karena sebelum itu dia tidak terbiasa untuk diatur.
Karenanya, seperti yang kita lihat dari dalil-dalil di atas, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sudah membiasakan anak kecil untuk menjalankan syariat serta memerintahkan setiap orang tua untuk melakukan hal yang sama. Bahkan sebelum beliau, Allah Ta’ala telah gambarkan bagaimana pengajaran yang luar biasa dari Luqman rahimahullah kepada anaknya yang masih kecil, sebuah pengajaran yang mencakup semua sisi ajaran Islam. Luqman mengajarkan kepada anaknya akan: Bahayanya kesyirikan, wajibnya berbakti kepada kedua orang tua terutama ibu dan beliau mengabarkan bahwa kekafiran orang tua tidaklah menggugurkan hak mereka untuk kita berbakti kepadanya, beliau juga mengajarkan wajibnya bersyukur kepada Allah, merasa selalu diawasi oleh Allah, wajibnya mengerjakan shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan harusnya bersabar dalam menghadapi semua musibah yang Allah timpakan, semua ini berkenaan dengan muamalah hamba dengan Pencipta mereka. Adapun pengajaran Luqman yang berkenaan hubungan sesama manusia maka beliau memerintahkan untuk: Berbuat baik kepada manusia, tidak berlaku sombong, berjalan dengan tawadhu’, dan merendahkan suara ketika berbicara. Subhanallah, betapa indahnya semua wasiat di atas, wasiat yang mengumpulkan antara perintah dan larangan.
Adapun dalam As-Sunnah, maka juga telah diriwayatkan banyak pengajaran Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada anak kecil, yang juga terdiri dari perintah dan larangan, di antaranya:
a. Memerintahkan anak lelaki dan wanita untuk mengerjakan shalat, yang mana perintah ini dimulai dari mereka berusia 7 tahun. Jika mereka tidak menaatinya maka Islam belum mengizinkan untuk memukul mereka, akan tetapi cukup dengan teguran yang bersifat menekan tapi bukan ancaman.
b. Jika mereka menaatinya maka alhamdulillah. Akan tetapi jika sampai usia 10 tahun mereka belum juga mau mengerjakan shalat, maka Islam memerintahkan untuk memukul anak tersebut dengan pukulan yang mendidik dan bukan pukulan yang mencederai. Karenanya, sebelum pukulan tersebut dilakukan, harus didahului oleh peringatan atau ancaman atau janji yang tentunya akan dipenuhi. Yang jelas pukulan merupakan jalan terakhir.
Sebagai tambahan: Diperbolehkan orang tua memberikan hadiah atau apresiasi atas ibadah yang dikerjakan oleh sang anak, hanya saja tentunya jangan dijadikan kebiasaan, karena membiasakan pemberian hadiah akan menjadikan mereka terbiasa melakukan amalan karena ada imbalan alias tidak ikhlas.
c. Wajibnya memisahkan antara tempat tidur anak lelaki dengan anak wanita jika mereka sudah berumur 10 tahun. Hal ini dilakukan sebagai tindakan prefentif (pencegahan) terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Karenanya jika orang tua mampu maka hendaknya mereka menyediakan untuk setiap anaknya tempat tidur tersendiri, bahkan kalau bisa kamar tersendiri.
Jika orang tua tidak sanggup untuk memisahkan tempat tidur anak lelaki dengan anak perempuannya (karena factor ekonomi misalnya), maka harus meletakkan sesuatu (apakah bantal atau guling atau apa saja) yang menjadi pemisah di antara keduanya kalau memang mereka terpaksa tidur di atas satu tempat tidur.
Kalau ini sudah harus diberlakukan di antara anak-anak, maka tentunya lebih harus lagi diberlakukan pada orang-orang dewasa, walaupun mereka sama-sama lelaki atau sama-sama wanita. Karena kecendrungan kepada sesama jenis masih senantiasa terbuka lebar bagi siapa yang memberikan kesempatan kepada setan untuk menggodanya.
d. Di antara pengajaran Nabi shallallahu alaihi wasallam -dan ini termasuk yang terhebat- adalah melarang dan menjauhkan anak-anak dari memakan harta yang haram dia makan. Baik makanan itu diharamkan karena zatnya maupun makanan yang diharamkan karena sebabnya. Di antara factor terbesar keengganan anak untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah karena hati mereka rusak sebagai akibat terbiasa mengonsumsi makanan yang haram.
e. Demikian halnya Nabi shallallahu alaihi wasallam menuntunkan tata cara makan yang benar kepada anak kecil yang tidak beradab dalam makan. Beliau menyuruh mereka untuk membaca basmalah, makan dengan menggunakan tangan kanan, dan memulai makan dengan makanan yang terdekat.
f. Juga pengajaran beliau shallallahu alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas akan wajibnya menaati semua aturan Allah, wajibnya menyerahkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah, serta wajibnya beriman kepada semua takdir yang Allah telah tetapkan.

Ditulis Oleh : Agus T Permana Hari: 07.59 Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar anda sangat berarti bagi kami untuk kemajuan blog ini

 

Recent coment

Pengunjung