Keseharianku,tidak bisa lepas yang namanya alat2 listrik ,karena memang itulah pekerjaan sampinganku yaitu menjual alat2 listrik,elektronik dan komputer.
Hingga suatu ketika datanglah seorang pembeli,lalu dia menanyakan lampu pijar,kemudian kulayani dia dengan sebaik2nya karena pembeli adalah raja.
Seperti biasa kucoba dulu lampu itu,dan menyala,kemudian kuberikan pada pembeli dan terjadi transaksi kemudian kelarlah proses jual beli.
Tapi entah mengapa,setelah proses transaksi selesai,pikiranku masih pada nyala lampu tadi, kemudian tanpa terasa pikiranku teringat pula pada pembahasan di pengajian "Bahwa guru mursyid adalah guru yang bisa mengantarkan kita ke hadirat Allah swt "
Lalu kupikir2 kembali semakin dalam dan kunisbatkanlah seandainya Lampu itu adalah diriku dan kuberpikir jika seandainya diriku ingin terang (dengan nur ilahiyah),maka tentunya aku harus menghubungkan diriku dengan sumber penerang tersebut yaitu Allah(sebagai Generatornya)dan sarana untuk menghubungkannya adalah guru yang mursyid yang bisa menghubungkanku dengan terminal cahaya ilahiah yaitu baginda nabi Muhammad saw.(sebagai terminal dari generatornya).
Dan pada saat kabel listrik di jalan putus, maka pasti akan mati pula bola lampu tadi. Demikianlah kiranya dan memang bola lampu senantiasa membutuhkan arus listrik dan kabel penghantar agar ia senantiasa dapat bersinar.
Allah sebagai sumber awal. Sebagaimana generator listrik sebagai sumber awal adanya arus listrik. RasuluLlah SAW sebagai terminal pertama penghantar nur Ilahiyah kepada umat manusia. Orang yang beriman kepada beliau perumpamaannya adalah seperti kabel penghantar yang dapat menerima dan menghantarkan arus listrik, sedang orang yang ingkar kepada beliau SAW perumpamannya adalah laksana bahan isolator seperti plastik yang tidak dapat menerima ataupun menghantarkan listrik sama sekali.
Syaikh atau guru mursyid perumpamaannya adalah seperti bahan konduktor yang terbuat dari logam pilihan yang sangat responsif terhadap arus listrik sehingga listrik yang dihasilkan akan sama seperti dari sumber Pembangkit Awal (Al-Khaliq) . Kalau seorang syaikh mengucapkan kalimat Allah atau kalimat Laa Ilaaha IllaLlah maka hakikat yang dimaksud adalah sama dengan Allah ketika IA berfirman INNANY ANALLAH dan sama sebagaimana apa yang disabadkan oleh RasuluLlah SAW tentang Allah. Bukankah siapa saja bisa mengucapkan kalimat Allah Dari ulama sampai penjahat, pencuri, koruptor, semua bisa mengucapkan kalimat Allah bahkan orang kafir sekalipun dapat mengucapkan kalimat itu. akan tetapi jelaslah rasa dan hakikat maknanya pasti berbeda.
Seorang murid yang telah berbaiat kepada syaikh mursyid yang kamil patut bersyukur karena ia telah menerima seruan Ilahi dan mau menerima kalimat tauhid dari sumber yang original. Dan hakikat seorang murid pada dasarnya adalah ia memposisikan diri agar ia di setting oleh syaikhnya sehingga dirinya dapat menerima dan menghantarkan kalimat tauhid kepada dirinya sendiri dan orang lain.
بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Sekedar Tulisan
Lainnya dari Tafakur
Ditulis Oleh : Agus T Permana Hari: 02.46 Kategori: Tafakur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar anda sangat berarti bagi kami untuk kemajuan blog ini